Sabtu, 03 November 2012



PAPER EKOLOGI
EKOSISTEM DASAR LAUT DALAM

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Ekologi
Dosen Pembimbing : Dr.  Sarwono,MPd



 

Disusun Oleh :
Budi Utomo
K5411012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012





PENDAHULUAN
Hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk suatu sistem disebut Ekosistem. Dalam ekosistem kita mengenal dua pembagian ekosistem yaitu ekosistem terestrial (daratan) dan ekosistem akuatik (Perairan). Dalam ekosistem akuatik dapat dijabarkan sebagai semua komponen biotik dan abiotik yang terdapat didalam ekosistem perairan tersebut. Sedangkan dalam ekosistem terrestrial atau ekosistem daratan dapat dijabarkan semua komponen yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam ekosistem tersebut.
Ekosistem terestrial meliputi bioma gurun, padang rumput, Hutan hujan tropis, Hutan gugur, Taiga,dan bioma Tundra. Sedangkan ekosistem perairan dibagi atas ekosistem air tawar dan ekosistem laut. Ekosistem laut mencakup sekitar 71% dari permukaan bumi dan mengandung sekitar 97% dari air yang ada di planet ini. Yang termasuk ke dalam ekosistem laut adalah samudera, rawa garam dan ekologi intertidal, muara sungai dan laguna, bakau dan terumbu karang, laut dalam dan dasar laut. Ekosistem air laut dapat dibandingkan dengan ekosistem air tawar, yang memiliki kandungan garam yang lebih rendah. Tempat-tempat seperti disebutkan diatas dianggap ekosistem karena kehidupan tanaman mendukung kehidupan hewan dan sebaliknya. Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian :
·         Daerah fotik : daerah laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m.
·         Daerah twilight : daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200 - 2000 m.
·         Daerah afotik : daerah yang tidak tembus cahaya matahari, jadi gelap sepanjang masa.
Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat  mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia.
PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Ekosistem Dasar Laut Dalam Yang Tergantung Atau Masih Bagian Zona Ekosistem Di Atasnya
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga bisa dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memepengaruhi. Ekosistem merupakan gabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada sutu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
Dasar laut merupakan sebuah ekosistem di lautan yang habitatnya di dasar laut. Di atas ekosistem ini terdapat beberapa ekosistem lain. Salah satu di antaranya adalah sebuah ekosistem dasar laut dalam yang masih tergantung zona di atasnya. Karena ekosistem merupakan suatu hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya, ekositem ini juga demikian. Maksudnya, keberlangsungan ekosistem itu masih sangat bergantung zona di atas mereka. Yang paling mempengaruhi dalam hal ini adalah sinar matahari. Ekosistem di sini terdiri atas beberapa hewan dan tumbuhan. Seperti Cumi-cumi, Tumbuhan mikroskopis, Predator, Grazer kecil, dan Koral.
Hewan dan tumbuhan tersebut akan naik ke atas permukaan saat matahari terbenam dan kemudian turun ke bawah lagi saat matahari terbit. Hal ini dilakukan guna menghindari diri dari pemangsa. Sedangkan pada musim tertentu komunitas cumi-cumi naik ke atas permukaan untuk bertelur, dan kembali ke laut untuk melangsungkan hidupnya kembali. Mereka meninggalkan telur-telur mereka di pantai agar bisa menetas. Paus jantan juga demikian, dia bernafas satu kali dengan muncul  ke permukaan untuk pernapasannya untuk bertahan hingga satu jam kedepan.
B.     Ekosistem Layang Laut Dalam Yang Tidak Tergantung Pada Sinar Matahari
1.      Zona Twilight
Laut dalam merupakan daerah yang tidak pernah diungkapkan dan dijelajahi. Orang banyak mengeksplorasi ke luar angkasa dari pada ke bawah laut. Itulah sebabnya banyak yang tidak mengetahui keajaiban-keajaiban yang ada dilaut. Kedalaman 300 meter yang ada pada laut merupakan daerah yang tidak dapat tertembus oleh sinar matahari, sehingga suasana pada kedalaman tersebut adalah gelap, kemudian pada kedalaman tersebut tekanan bertambah dan suhu airpun menurun. Zona yang demikian disebut “Twilight Zone”. Pada zona ini semua hewan laut terlihat transparan atau tembus pandang, hal tersebut merupakan sebuah mekanisme bertahan hidup makhluk-makhluk laut agar tidak dengan mudah dimangsa. Oleh sebab itulah pada “Twilight Zone” sebisa mungkin hewan-hewan laut untuk tidak terlihat, terutama oleh pemangsa. Contoh dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada zona ini adalah Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet.
Dalam ekosistem dasar laut sebisa mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi keahlian khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa, seperti Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika ada mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat memakannya, karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini. Kemudian contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan atena sensitif, antena tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan, fungsinya untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya.
Cumi-cumi yang terlihat transparan di Laut DalamBioluminescence 
            Hewan laut dalam transparan                                        Bioluminescence


Di laut dalam sering terlihat cahaya yang berkedip-kedip, cahaya tersebut adalah Bioluminescence. Bioluminescence adalah cahaya yang dapat dihasilkan oleh beberapa hewan laut, cahaya tersebut berasal dari bakteri yang hidup secara permanen didalam sebuah perangkap. Bioluminescence digunakan oleh hewan laut dalam sebagai alat perangkap atau alat untuk menarik mangsa, kurang lebih bioluminescence berfungsi sebagai umpan. Pada umumnya bioluminescence dimiliki oleh setiap hewan laut dalam, baik betina maupun jantan. Namun beberapa diantaranya ada yang hanya dimiliki oleh hewan laut betina. Cahaya bioluminescence yang dihasilkan biasa berwarna biru atau kehijauan, putih, dan merah. Walau sebagian besar bioluminescence digunakan untuk mekanisme bertahan hidup, namun beberapa diantara hewan laut dalam tersebut menggunakan bioluminescence untuk menarik lawan jenisnya.
Walau nyaris tidak tergantung dengan sinar matahari, namun siklus harian matahari sangat mempengaruhi keadaan laut dalam, seribu juta ton makhluk hidup naik ke air dangkal setiap malam, kemudian setiap fajar mereka kembali ke laut dalam yang lebih aman dari predator. Kehidupan makhluk laut yang memerlukan fotosentesis untuk dapat mendapatkan energi pada umumnya berada pada kedalaman diatas 100 m, sebab pada kedalaman lebih dari 100 m tidak ada lagi proses fotosintesis karena sinar matahari tak mampu menembus sampai kedalaman ini. Pada kedalaman ribuan meter di laut suhu air turun hingga dibawah 4 centigrade dan tekanan dapat mencapai 100 kali lipat dari permukaan. Walau dengan keadaan yang sangat ekstrim tersebut, di laut dalam tetap ada kehidupan, hewan laut yang mampu hidup pada kedalaman tersebut adalah Echinoderms, Sea Cucumbers, Brittle stars, dan Sea urchins.
Batuan di dalam laut berfungsi sebagai jangkar bagi hewan yang mengguntung hidup pada makanan yang lewat. Misalnya, Crinoids atau lebih dikenal dengan nama Bunga Lili Laut sebab hewan ini kelihatan seperti tumbuhan yang lengkap dengan daun dan tangkai, namun sebenarnya Crinoids merupakan jenis hewan.
Ditemukan koral dikedalaman 2000 m di perairan dingin di teluk Norwegia, tingginya 30 m dan panjangnya 200 m. Untuk bertahan hidup koral tersebut harus mampu menangkap makanan dengan efisien sebab matahari tidak dapat masuk pada kedalaman 2000 m sehingga koral tersebut tidak dapat memperoleh energi dari sinar matahari. Bukan hanya koral yang mampu hidup dikedalaman ini, hewan laut seperti hiu pun mampu hidup bahkan sampai kedalaman 2500 m. Makanan mereka pada kedalaman ini adalah berupa fosil atau bangkai hewan laut, seperti Hiu.

2.      Zona Afotik
Aktivitas vulkanisme di Laut DalamKoloni dicerobong gunung api di Laut DalamKoloni dicerobong gunung api di Laut Dalam              Aktivitas vulkanisme di Laut Dalam
Tepat ditengah lautan dalam terbaring suatu struktur geologi terbesar planet kita yaitu pegunungan ditengah laut. Dengan ketinggian 2 mil diatas dasar laut, membentang sejauh lebih 28 ribu mil. Terdapat cerobong yang mengeluarkan air panas yang dapat melelehkan, artinya ada aktivitas vulkanisme di kedalaman ini. Jika dipermukaan 100o Centigrade, maka dibawah laut air akan tetap cair pada suhu 400o centigrade.
Pada keadaan ini air dipenuhi dengan kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) yang beracun. Walau keadaan yang demikian terdapat penghuni dicerobong tersebut yaitu Puly Chaek yang terdapat pada suhu 80o centigrade. Tidak ada hewan yang lain yang bisa hidup pada suhu dan tekanan tinggi, sehingga para ilmuwan menyebutnya cacing pompeii. Dicerobong lain dipenuhi komunitas dari beberapa organisme, bagian bawah dari lubangnya dipenuhi oleh kerang besar, kemudian kepiting putih, yang menajubkan ada cacing berwarna merah yang memenuhi bagian dari cerobong tersebut dengan panjang masing-masing 2 m dan lebar 4 cm. Didalam tubuh mereka terdapat bakteri yang mampu menyerap energi dari sulfida yang keluar dari cerobong.

Koloni bakteri ini adalah sumber energi utama setiap makhluk hidup disini. Bakteri dan mikroba lainnya adalah inti dari rantai makanan yang diperlukan oleh lebih dari 500 spesies. Bagian teratas dari rantai makanan ada ikan yang tidak pernah bergerak jauh dari lubang itu.
Selain dengan sulfida ada yang menggunakan sumber energi lain yaitu dengan menggunakan gas Metan (CH4). Dan sekali lagi hewan yang ada didasar laut tersebut mengandung bakteri khusus yang mampu mengolah energi dari gas metan ini. Hewan laut yang hidup di ekosistem ini adalah udang, lobster, cacing polychaete merah, dan kerang.
C.    Membandingkan Ekosistem Dasar Laut pada Film Blue Planet dengan Ekosistem Dasar Laut di Perairan Laut Sulawesi Utara
Sebuah gunung berapi bawah laut setinggi lebih dari 10.000 kaki atau 3.000 meter, ditemukan di lautan dalam di Sulawesi Utara. Gunung ini adalah temuan penting untuk memahami kekayaan lautan Indonesia. Gunung berapi dalam laut ini terdeteksi dalam ekspedisi bersama ilmuwan Indonesia dan ilmuwan Amerika Serikat dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang berada di bawah naungan Departemen Perdagangan AS. Kapal Okeanos dari NOAA saat menjelajah laut di daerah Kawio Barat, Kepulauan Kawio, Sulawesi Utara, mendapatkan pemetaan gambar gunung berapi itu. Kawio Barat dipilih sebagai area ekspedisi karena unsur-unsur bawah laut yang berlimpah.
Dalam waktu tiga bulan, 20 peneliti asal Indonesia yang berasal dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Perguruan Tinggi, serta delapan peneliti dari National Oceanic and Atmospheric Administator (NOAA) menjelajahi gunung-gunung bawah laut di perairan tersebut. Dengan memakai 17 kamera yang melekat pada "Remotely Operated Vehicle" (ROV) yang berkemampuan mengambil gambar pada daerah di lebih dari 4.000 meter di bawah laut milik NOAA akhirnya diketahui keberadaan sebuah gunung api aktif setinggi 3.200 meter di kedalaman 1.900 meter di bawah Laut Sangihe.
Gunung api aktif yang berada di sekitar Kepulauan Kawio tersebut merupakan gunung api aktif dasar laut tertinggi di dunia. Di kedalaman lebih dari 4.000 meter di bawah laut di laut Sangihe, Sulawesi Utara, sebuah ekosistem sempurna ditemukan. Gunung api tersebut membentuk sebuah kawasan komunitas baru di areal geothermal. Di dalam suhu air yang sangat tinggi hingga mencapai 200 derajat celsius ternyata berbagai biota laut hidup dengan damai. Berbagai jenis bintang laut, udang, lobster, ikan, octopus, terumbu karang hidup mengandalkan bakteri-bakteri yang di dalam air, yang diperkirakan sama dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Dibawah dasar laut juga terdapat biota-biota yang menarik seperti kepiting dan teritip yang bergerak sangat aktif untuk menangkap bakteri yang hidup disana dan memakannya.
Bakteri sulfida di dekat gunung api bawah laut menjadi ujung strata paling rendah bagi mata rantai ekosistem laut dalam. Extrimophiles bahkan dikenal sebagai bakteri sulfida yang mampu bertahan di atas suhu 100 derajat celsius. Bakteri sulfida sangat penting bagi mata rantai berikutnya. Hingga akhirnya bisa dijumpai biota Holothurians berwarna ungu tua menyala yang mendominasi komunitas bentik di kedalaman 3.050 meter. Lalu, Nudibranch, moluska tak bercangkang, juga direkam di kedalaman 3.000 meter. Spesies lainnya mencapai ratusan jenis lagi, sebagian besar juga baru dikenal atau belum ada namanya.
Berbagai biota laut yang ditemukan di sekitar gunung api bawah laut bernama Gunung Kawio di kedalaman 1.900 meter tersebut sangat unik karena mampu hidup dalam tekanan hingga 180 bar, di suhu panas 350 derajat Celcius serta dalam kondisi gelap tanpa sinar matahari. Mereka tidak berfotosintesis dari panas sinar matahari, tetapi melalui proses kimosintesis yang mengandalkan panas dari geothermal gunung berapi.
Koral atau karang pada umumnya tumbuh pada kedalaman belasan atau puluhan meter. Ini tergantung tingkat kejernihan air laut karena koral bertahan sampai pada kedalaman yang masih bisa ditembus sinar matahari. Di kedalaman 800 meter sebagai lokasi ditemukannya koral itu tidak lagi ditembus sinar matahari. Tetapi, koral warna-warni itu ternyata ditemui. Koral yang berwarna-warni di laut dalam yang gelap gulita itu menjadi sebuah keanekaragaman hayati laut yang sangat luar biasa. Selain itu, banyak ditemukan terumbu karang yang memiliki warna-warna yang cerah dan mencolok mulai dari hijau, ungu, merah muda, merah, putih, albino, kuning. Tanpa bantuan matahari untuk melalui proses fotosistesis warna hijau terumbu karang pun tampak cerah. Membandingkan dengan koral yang ada di permukaan laut, jelas peranan sinar matahari menunjang proses fotosintesis koral yang ada sehingga koral itu bisa bertahan hidup. Bagi koral bawah laut, kehidupannya tanpa matahari. Ini berarti matahari bukanlah satu-satunya sumber kehidupan bagi koral.
Di ketinggian 2.000 meter dari gunung berapi tersebut menempel cerobong-cerobong asap tinggi yang mengeluarkan panas dari gunung berapi. Cerobong asap ini hanya ada di laut dalam di mana terdapat aktivitas pegunungan api bawah laut. Cerobong ini tumbuh 1 cm per hari lalu sebagian mengendap di bawahnya, endapan ini kaya mineral. Kandungan larutan bersuhu tinggi dari perut bumi itu mengandung mineral, logam, dan gas, karena dipengaruhi suhu air laut dalam yang mencapai 2-4 derajat celsius. Cerobong yang disebut himney tersebut terbentuk dari pertemuan hidrotermal dengan air dingin laut, sehingga tampak seperti cerobong asap yang menyembul dari tanah. Di tubuh cerobong yang mengeluarkan panas itu pun masih terdapat terumbu karang yang didiami banyak biota laut dalam ukuran mini. Air laut di sekitarnya menjadi tidak terlampau dingin atau tidak terlampau panas sehingga menjadi ekosistem tersendiri dan bisa menjadi habitat bagi biota-biota laut tertentu.
Sebuah ekosistem sempurna di kedalaman lebih dari 4.000 meter di bawah laut ditemukan di laut Sangihe, Sulawesi Utara. Di sana ditemukan gunung api aktif setinggi 3.200 meter di kedalaman 1.900 meter di bawah Laut Sangihe. Di perairan laut Sulawesi Gunung api tersebut membentuk sebuah kawasan komunitas baru di areal geothermal. Di dalam suhu air yang sangat tinggi hingga mencapai 200 derajat celsius ternyata berbagai biota laut hidup.
Berbagai jenis bintang laut, udang, lobster, ikan, octopus, terumbu karang hidup mengandalkan bakteri-bakteri yang ada di dalam air, yang diperkirakan sama dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Sama sifat-sifat molekul atau DNA-nya dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Tampilan biota laut yang hidup dalam kegelapan dasar laut di kedalaman lebih dari 4.000 meter ini ternyata banyak yang memiliki warna-warna yang cerah mulai dari hijau, ungu, merah muda, merah, putih, albino, kuning. Tanpa bantuan matahari untuk melalui proses fotosistesis warna hijau terumbu karang pun tampak cerah. Mereka tidak berfotosintesis dari panas sinar matahari, tetapi melalui proses kimosintesis yang mengandalkan panas dari geothermal gunung berapi.
Pendinginan mendadak itu menimbulkan endapan yang akhirnya membentuk lapisan cerobong. Air laut di sekitarnya pun menjadi tidak terlampau dingin atau tidak terlampau panas sehingga menjadi ekosistem tersendiri dan bisa menjadi habitat bagi biota-biota laut tertentu. Dari pengambilan gambar dengan kamera video bawah laut dalam, diperoleh gambar biota berbagai jenis, mulai dari cacing-cacingan, udang, kepiting, dan ikan yang semua berwarna sangat mencolok.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara ekosistem dasar laut yang tidak tergantung sinar matahari pada film blue planet dengan ekosistem dasar laut di perairan Laut Sulawesi Utara adalah pada jenis ekosistem yang hidup di masing-masing zona. Pada film blue planet, ekosistem yang tidak tergantung pada sinar matahari yang terdapat pada kanal adalah brittle stars, ikan rattails, ikan tripod, dan gurita laut atau dumbo. Sedangkan di bagian cerobong asap ekositem yang ada adalah kepiting putih, cacing pompeii, udang dengan warna yang tidak begitu mencolok. Di danau dasar laut terdapat eksistem kerang, cacing tabung dan cacing cerobong panas. Pada cerobong panas, ekosistem yang hidup di sana hidup dengan memanfaatkan bakteri yang hidup di tubuh mereka, yang dapat mengubah sulfida beracun menjadi zat yang sangat menguntungkan bagi koloni bakteri tersebut. Sedangkan pada danau dasar laut, ekosistem yang ada seperti kerang, memanfaatkan bakteri yang ada di tubuhnya yang mampu mengubah sulfida yang berasal dari aktifitas vulkanik yang ada di sekitar mereka dengan mengeluarkannya langsung ke dasar laut.
Koloni Laut Dalam di Laut Sangihe Talaud, Sulawesi Utara
Koloni di Laut Dalam





Film Blue Planet                                        Laut Sangihe Talaud, SULUT

Sedangkan pada ekosisitem di dasar laut Sulawesi utara jenis ekosistem yang ada berwarna sangat mencolok. Berbagai jenis bintang laut, udang, lobster, ikan, octopus, terumbu karang hidup mengandalkan bakteri-bakteri yang ada di dalam air, yang diperkirakan sama dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Sama sifat-sifat molekul atau DNA-nya dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Tampilan biota laut yang hidup dalam kegelapan dasar laut di kedalaman lebih dari 4.000 meter ini ternyata banyak yang memiliki warna-warna yang cerah mulai dari hijau, ungu, merah muda, merah, putih, albino, kuning. Tanpa bantuan matahari untuk melalui proses fotosistesis warna hijau terumbu karang pun tampak cerah. Mereka tidak berfotosintesis dari panas sinar matahari, tetapi melalui proses kimosintesis yang mengandalkan panas dari geothermal gunung berapi.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaxHdbOOkrIaTeSZbGdEXIQDKk6mVgCDx0N__15phMIJnsc4ylkNcLSeRlniBefQRYsLFrFWinHdY-LwKQP5j1vDyDCgfg-DQeqC-PSgvy6r-QCd_LYORbBwdUsgyY0E3HjcbgUuuQyy8X/s200/5sq7w1ei.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpiZH3zZhN6qDIdFDmLTtu-vphPepLpT2fBO7fAlJSVezSKzlPHx1CJlsdiZjZ-tpgs4UVS4w3O8j-CQawVbRg-RoRAEMQaPZfewDGowO6cfx4-iPNeF-v-Qf1FLmJOLPaYJ5SymuRKMEp/s200/df349g5k.jpgLokasi ekosistem laut dalam (deep sea) di Laut Sangihe Talaud, Sulawesi Utara dan letak segitiga terumbu karang di Indonesia








PENUTUP
Laut dalam adalah habitat terbesar di bumi yang tidak begitu diketahui. Beberapa hewan yang aneh hidup di laut dalam. Setiap kali diadakan penyelaman, akan ditemukan beberapa ikan dengan spesies baru. Tekanan di dalam laut akan semakin bertambah dan cahaya matahari akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Pada kedalaman 300 meter, suhu air turun dengan cepat dan semakin gelap. Banyak hewan menjadi terlihat transparan. Hewan yang kompleks pun, seperti cumi-cumi menjadi sangat transparan di dalam laut. Untuk menghindari para predator, seekor hewan perlu untuk melihat dengan jelas dan sebisa mungkin tidak terlihat. Pada kedalaman ini, terdapat berbagai jenis hewan lunak yang hidup, seperti Amphiphod yang panjangnya ± 12 cm, Phronima yang hidup sebagai parasit di hewan-hewan lunak, Comb jelly, Copepod, Shiphonophores, cumi-cumi, dan ikan Hachet yang memiliki mata yang sensitif untuk mencari mangsa dengan tubuh pipih dan warnanya keperakan.
Pada kedalaman 500 meter, cahaya menjadi sangat sedikit bahkan di perairan  tropis yang airnya bersih sekalipun. Untuk bertahan di daerah ini yang dibutuhkan adalah penglihatan yang sensitif dan tubuh yang tidak terlihat. Kebanyakan predator memiliki mata yang berbentuk tabung sehingga dapat membedakan mangsanya.
Turun ke kedalaman ribuan meter, tidak ada sedikitpun sinar matahari yang masuk, suhu air turun sampai dibawah 4 derajat centigrade, tekanan berubah menjadi 100 kali lebih besar diari permukaan  Kehidupan menjadi semakin sepi. Di kedalaman ini terdapat ikan Fang Tooth yang memiliki gigi sangat besar sehingga tidak bisa untuk menutup mulutnya, ikan ini termasuk predator yang sangat agresif dan memakan ikan-ikan yang lebih kecil darinya. Pada kedalaman ini makanan semakin terbatas, predator harus bisa menyesuaikan diri dengan makanan dalam ukuran apapun.
Pada kedalaman yang tidak tertembus sinar matahari, kebanyakan hewan-hewan predator tubuhnya berwarna merah. Pada kedalaman ini, kebanyakan hewan memiliki perangkap cahaya untuk menangkap mangsanya. Cahaya-cahaya yang terdapat pada hewan-hewan itu berasal dari bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Romimihtarto, Kasijan, dan Juwana. 2009. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta
http://underwaterexplore.blogspot.com
http://www.fransiskusyogifishery.blogspot.com
http://sangrisang.wordpress.com/
www.en.wikipedia.org
http://waterforgeo.blogspot.com/


  U J I  L I N I E R I T A S  
                       
                       
  Tabel Untuk Mencari Persamaan Regresi          
  No Jml Bk Ltr (X) Jml Tmn Dsksi (Y) XY X² Y²          
  1 6 4 24 36 16          
  2 13 3 39 169 9          
  3 15 3 45 225 9          
  4 10 3 30 100 9          
  5 3 0 0 9 0          
  6 6 3 18 36 9          
  7 8 2 16 64 4          
  8 10 3 30 100 9          
  9 8 3 24 64 9          
  10 12 5 60 144 25          
  91 29 286 947 99          
           

       
           

       

   
 






















   
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     
     




     
       




               

Tabel Kerja Untuk Mencari Rerata Galat Murni        
  No Jml Bk Ltr (X) Jml Tmn Dsks (Y) Y² n T T²/n        
  1 3 0 0 1 0 0        
  2 6 4 16 2 7 24,5        
  6 3 9        
  3 8 2 4 2 5 12,5        
  8 3 9        
  4 10 3 9 2 6 18        
  10 3 9        
  5 12 5 25 1 5 25        
  6 13 3 9 1 3 9        
  7 15 3 9 1 3 9        
  91 29 99 10   98        
                       
                       
    H I T U N G A N                   
  JKGM = 99 - 98 = 1                   
  Dk JKGM = 10 - 7 = 3                  
  JKGTC = 10,7895 - 1 = 9,7895                  
  Dk GTC = 7 - 1 = 6                  
  RKGM = 1 / 3 = 0,334                  
  RKGTC = 9,7895 / 6 = 1,6316                  
  Fobs = 1,6316 / 0,334 = 19,8551                  
                       
                       
  Rangkuman Analisis Varian Uji Linieritas        
  Sumber JK DK RK F obs Fα P        
  Regresi 4,1105 1 4,1105  -  -  -        
  Tuna Cocok 9,7895 6 1,6316 19,8551 8,94 P<0,05        
  Galat Murni 1 3 0,334  -  -  -        
  Total 14,9 10   -  -  -  -        
                       
  4. Daerah Kritis :                   
         F 0,005 ; 6,3 = 8,94   DK = ( F / F > 8,94 )              
         Fobs = 19,8551                  
  5. Keputusan Uji = Ho Tidak Diterima                
  6. Kesimpulan = hubungan antara Jumlah Buku Literatur (X) dan Jumlah Teman Diskusi (Y) adalah Tidak Linier