PAPER
EKOLOGI
EKOSISTEM DASAR LAUT DALAM
EKOSISTEM DASAR LAUT DALAM
Makalah ini
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ekologi
Dosen Pembimbing
: Dr. Sarwono,MPd
Disusun Oleh :
Budi Utomo
K5411012
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
PENDAHULUAN
Hubungan saling mempengaruhi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk suatu sistem disebut Ekosistem.
Dalam ekosistem kita mengenal dua pembagian ekosistem yaitu ekosistem
terestrial (daratan) dan ekosistem akuatik (Perairan). Dalam ekosistem akuatik
dapat dijabarkan sebagai semua komponen biotik dan abiotik yang
terdapat didalam ekosistem perairan tersebut. Sedangkan dalam ekosistem
terrestrial atau ekosistem daratan dapat dijabarkan semua komponen yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dalam ekosistem tersebut.
Ekosistem
terestrial meliputi bioma gurun, padang rumput, Hutan hujan tropis, Hutan
gugur, Taiga,dan bioma Tundra. Sedangkan ekosistem perairan dibagi atas ekosistem
air tawar dan ekosistem laut. Ekosistem laut
mencakup sekitar 71% dari permukaan bumi dan mengandung sekitar 97% dari air
yang ada di planet ini. Yang termasuk ke dalam ekosistem laut adalah samudera,
rawa garam dan ekologi intertidal, muara sungai dan laguna, bakau dan terumbu
karang, laut dalam dan dasar laut. Ekosistem air laut dapat dibandingkan dengan
ekosistem air tawar, yang memiliki kandungan garam yang lebih rendah. Tempat-tempat seperti
disebutkan diatas dianggap ekosistem karena kehidupan tanaman mendukung kehidupan
hewan dan sebaliknya. Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut
dibedakan menjadi 3 bagian :
· Daerah fotik
: daerah laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200
m.
· Daerah twilight
: daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman
antara 200 - 2000 m.
· Daerah
afotik : daerah yang tidak tembus cahaya matahari, jadi gelap sepanjang masa.
Ekosistem dikatakan seimbang apabila
komposisi di antara komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang.
Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau
kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat
mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem dapat terjadi secara alami
serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia.
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Ekosistem Dasar Laut Dalam Yang Tergantung
Atau Masih Bagian Zona Ekosistem Di Atasnya
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara mahluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem juga bisa dikatakan sebagai suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling memepengaruhi. Ekosistem merupakan gabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada sutu struktur biotik tertentu dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
Dasar laut merupakan sebuah ekosistem di
lautan yang habitatnya di dasar laut. Di atas ekosistem ini terdapat beberapa
ekosistem lain. Salah satu di antaranya adalah sebuah ekosistem dasar laut
dalam yang masih tergantung zona di atasnya. Karena ekosistem merupakan suatu
hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya, ekositem ini
juga demikian. Maksudnya, keberlangsungan ekosistem itu masih sangat bergantung
zona di atas mereka. Yang paling mempengaruhi dalam hal ini adalah sinar
matahari. Ekosistem di sini terdiri atas beberapa hewan dan tumbuhan. Seperti
Cumi-cumi, Tumbuhan mikroskopis, Predator, Grazer kecil, dan Koral.
Hewan dan tumbuhan tersebut akan naik ke
atas permukaan saat matahari terbenam dan kemudian turun ke bawah lagi saat
matahari terbit. Hal ini dilakukan guna menghindari diri dari pemangsa.
Sedangkan pada musim tertentu komunitas cumi-cumi naik ke atas permukaan untuk
bertelur, dan kembali ke laut untuk melangsungkan hidupnya kembali. Mereka
meninggalkan telur-telur mereka di pantai agar bisa menetas. Paus jantan juga demikian, dia
bernafas satu kali dengan muncul ke
permukaan untuk pernapasannya untuk bertahan hingga satu jam kedepan.
B.
Ekosistem Layang
Laut Dalam Yang Tidak Tergantung Pada Sinar Matahari
1.
Zona Twilight
Laut dalam merupakan daerah yang
tidak pernah diungkapkan dan dijelajahi. Orang banyak mengeksplorasi ke luar
angkasa dari pada ke bawah laut. Itulah sebabnya banyak yang tidak mengetahui
keajaiban-keajaiban yang ada dilaut. Kedalaman 300 meter yang ada pada laut
merupakan daerah yang tidak dapat tertembus oleh sinar matahari, sehingga
suasana pada kedalaman tersebut adalah gelap, kemudian pada kedalaman tersebut
tekanan bertambah dan suhu airpun menurun. Zona yang demikian disebut “Twilight
Zone”. Pada zona ini semua hewan laut terlihat transparan atau tembus pandang,
hal tersebut merupakan sebuah mekanisme bertahan hidup makhluk-makhluk laut
agar tidak dengan mudah dimangsa. Oleh sebab itulah pada “Twilight Zone” sebisa
mungkin hewan-hewan laut untuk tidak terlihat, terutama oleh pemangsa. Contoh
dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada zona ini adalah Phronima,
Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet.
Dalam ekosistem dasar laut sebisa
mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan
hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi
keahlian khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa, seperti
Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika
ada mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat memakannya,
karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini.
Kemudian contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan
atena sensitif, antena tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan,
fungsinya untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya.
Hewan
laut dalam transparan Bioluminescence
|
|
|
Di laut dalam sering terlihat cahaya
yang berkedip-kedip, cahaya tersebut adalah Bioluminescence. Bioluminescence
adalah cahaya yang dapat dihasilkan oleh beberapa hewan laut, cahaya tersebut
berasal dari bakteri yang hidup secara permanen didalam sebuah perangkap.
Bioluminescence digunakan oleh hewan laut dalam sebagai alat perangkap atau
alat untuk menarik mangsa, kurang lebih bioluminescence berfungsi sebagai
umpan. Pada umumnya bioluminescence dimiliki oleh setiap hewan laut dalam, baik
betina maupun jantan. Namun beberapa diantaranya ada yang hanya dimiliki oleh
hewan laut betina. Cahaya bioluminescence yang dihasilkan biasa berwarna biru
atau kehijauan, putih, dan merah. Walau sebagian besar bioluminescence
digunakan untuk mekanisme bertahan hidup, namun beberapa diantara hewan laut
dalam tersebut menggunakan bioluminescence untuk menarik lawan jenisnya.
Walau nyaris tidak tergantung dengan
sinar matahari, namun siklus harian matahari sangat mempengaruhi keadaan laut
dalam, seribu juta ton makhluk hidup naik ke air dangkal setiap malam, kemudian
setiap fajar mereka kembali ke laut dalam yang lebih aman dari predator.
Kehidupan makhluk laut yang memerlukan fotosentesis untuk dapat mendapatkan
energi pada umumnya berada pada kedalaman diatas 100 m, sebab pada kedalaman
lebih dari 100 m tidak ada lagi proses fotosintesis karena sinar matahari tak
mampu menembus sampai kedalaman ini. Pada kedalaman ribuan meter di laut suhu
air turun hingga dibawah 4 centigrade dan tekanan dapat mencapai 100 kali lipat
dari permukaan. Walau dengan keadaan yang sangat ekstrim tersebut, di laut
dalam tetap ada kehidupan, hewan laut yang mampu hidup pada kedalaman tersebut
adalah Echinoderms, Sea Cucumbers, Brittle stars, dan Sea urchins.
Batuan di dalam laut berfungsi
sebagai jangkar bagi hewan yang mengguntung hidup pada makanan yang lewat.
Misalnya, Crinoids atau lebih dikenal dengan nama Bunga Lili Laut sebab hewan
ini kelihatan seperti tumbuhan yang lengkap dengan daun dan tangkai, namun
sebenarnya Crinoids merupakan jenis hewan.
Ditemukan koral dikedalaman 2000 m
di perairan dingin di teluk Norwegia, tingginya 30 m dan panjangnya 200 m.
Untuk bertahan hidup koral tersebut harus mampu menangkap makanan dengan
efisien sebab matahari tidak dapat masuk pada kedalaman 2000 m sehingga koral
tersebut tidak dapat memperoleh energi dari sinar matahari. Bukan hanya koral
yang mampu hidup dikedalaman ini, hewan laut seperti hiu pun mampu hidup bahkan
sampai kedalaman 2500 m. Makanan mereka pada kedalaman ini adalah berupa fosil
atau bangkai hewan laut, seperti Hiu.
2. Zona Afotik
Koloni
dicerobong gunung api di Laut Dalam Aktivitas vulkanisme di Laut Dalam
Tepat ditengah lautan dalam
terbaring suatu struktur geologi terbesar planet kita yaitu pegunungan ditengah
laut. Dengan ketinggian 2 mil diatas dasar laut, membentang sejauh lebih 28
ribu mil. Terdapat cerobong yang mengeluarkan air panas yang dapat melelehkan,
artinya ada aktivitas vulkanisme di kedalaman ini. Jika dipermukaan 100o
Centigrade, maka dibawah laut air akan tetap cair pada suhu 400o
centigrade.
Pada keadaan ini air dipenuhi dengan
kandungan Hidrogen Sulfida (H2S) yang beracun. Walau keadaan yang
demikian terdapat penghuni dicerobong tersebut yaitu Puly Chaek yang terdapat
pada suhu 80o centigrade. Tidak ada hewan yang lain yang bisa hidup
pada suhu dan tekanan tinggi, sehingga para ilmuwan menyebutnya cacing pompeii.
Dicerobong lain dipenuhi komunitas dari beberapa organisme, bagian bawah dari
lubangnya dipenuhi oleh kerang besar, kemudian kepiting putih, yang menajubkan
ada cacing berwarna merah yang memenuhi bagian dari cerobong tersebut dengan
panjang masing-masing 2 m dan lebar 4 cm. Didalam tubuh mereka terdapat bakteri
yang mampu menyerap energi dari sulfida yang keluar dari cerobong.
Koloni bakteri ini adalah sumber
energi utama setiap makhluk hidup disini. Bakteri dan mikroba lainnya adalah
inti dari rantai makanan yang diperlukan oleh lebih dari 500 spesies. Bagian
teratas dari rantai makanan ada ikan yang tidak pernah bergerak jauh dari
lubang itu.
Selain dengan sulfida ada yang
menggunakan sumber energi lain yaitu dengan menggunakan gas Metan (CH4).
Dan sekali lagi hewan yang ada didasar laut tersebut mengandung bakteri khusus
yang mampu mengolah energi dari gas metan ini. Hewan laut yang hidup di
ekosistem ini adalah udang, lobster, cacing polychaete merah, dan kerang.
C.
Membandingkan
Ekosistem Dasar Laut pada Film Blue Planet dengan Ekosistem Dasar Laut di
Perairan Laut Sulawesi Utara
Sebuah gunung berapi bawah laut
setinggi lebih dari 10.000 kaki atau 3.000 meter, ditemukan di lautan dalam di
Sulawesi Utara. Gunung ini adalah temuan penting untuk memahami kekayaan lautan
Indonesia. Gunung berapi dalam laut ini terdeteksi dalam ekspedisi bersama
ilmuwan Indonesia dan ilmuwan Amerika Serikat dari National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA) yang berada di bawah naungan Departemen
Perdagangan AS. Kapal Okeanos dari NOAA saat menjelajah laut di daerah Kawio
Barat, Kepulauan Kawio, Sulawesi Utara, mendapatkan pemetaan gambar gunung
berapi itu. Kawio Barat dipilih sebagai area ekspedisi karena unsur-unsur bawah
laut yang berlimpah.
Dalam waktu tiga bulan, 20 peneliti
asal Indonesia yang berasal dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP),
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), dan Perguruan Tinggi, serta delapan peneliti dari National
Oceanic and Atmospheric Administator (NOAA) menjelajahi gunung-gunung bawah
laut di perairan tersebut. Dengan memakai 17 kamera yang melekat pada
"Remotely Operated Vehicle" (ROV) yang berkemampuan mengambil gambar
pada daerah di lebih dari 4.000 meter di bawah laut milik NOAA akhirnya
diketahui keberadaan sebuah gunung api aktif setinggi 3.200 meter di kedalaman
1.900 meter di bawah Laut Sangihe.
Gunung api aktif yang berada di
sekitar Kepulauan Kawio tersebut merupakan gunung api aktif dasar laut tertinggi
di dunia. Di kedalaman lebih dari 4.000 meter di bawah laut di laut Sangihe,
Sulawesi Utara, sebuah ekosistem sempurna ditemukan. Gunung api tersebut
membentuk sebuah kawasan komunitas baru di areal geothermal. Di dalam suhu air
yang sangat tinggi hingga mencapai 200 derajat celsius ternyata berbagai biota
laut hidup dengan damai. Berbagai jenis bintang laut, udang, lobster, ikan,
octopus, terumbu karang hidup mengandalkan bakteri-bakteri yang di dalam air,
yang diperkirakan sama dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Dibawah
dasar laut juga terdapat biota-biota yang menarik seperti kepiting dan teritip
yang bergerak sangat aktif untuk menangkap bakteri yang hidup disana dan
memakannya.
Bakteri sulfida di dekat gunung api
bawah laut menjadi ujung strata paling rendah bagi mata rantai ekosistem laut
dalam. Extrimophiles bahkan dikenal sebagai bakteri sulfida yang mampu bertahan
di atas suhu 100 derajat celsius. Bakteri sulfida sangat penting bagi mata
rantai berikutnya. Hingga akhirnya bisa dijumpai biota Holothurians berwarna
ungu tua menyala yang mendominasi komunitas bentik di kedalaman 3.050 meter.
Lalu, Nudibranch, moluska tak bercangkang, juga direkam di kedalaman 3.000
meter. Spesies lainnya mencapai ratusan jenis lagi, sebagian besar juga baru
dikenal atau belum ada namanya.
Berbagai biota laut yang ditemukan
di sekitar gunung api bawah laut bernama Gunung Kawio di kedalaman 1.900 meter
tersebut sangat unik karena mampu hidup dalam tekanan hingga 180 bar, di suhu
panas 350 derajat Celcius serta dalam kondisi gelap tanpa sinar matahari.
Mereka tidak berfotosintesis dari panas sinar matahari, tetapi melalui proses
kimosintesis yang mengandalkan panas dari geothermal gunung berapi.
Koral atau karang pada umumnya
tumbuh pada kedalaman belasan atau puluhan meter. Ini tergantung tingkat
kejernihan air laut karena koral bertahan sampai pada kedalaman yang masih bisa
ditembus sinar matahari. Di kedalaman 800 meter sebagai lokasi ditemukannya
koral itu tidak lagi ditembus sinar matahari. Tetapi, koral warna-warni itu
ternyata ditemui. Koral yang berwarna-warni di laut dalam yang gelap gulita itu
menjadi sebuah keanekaragaman hayati laut yang sangat luar biasa. Selain itu,
banyak ditemukan terumbu karang yang memiliki warna-warna yang cerah dan mencolok
mulai dari hijau, ungu, merah muda, merah, putih, albino, kuning. Tanpa bantuan
matahari untuk melalui proses fotosistesis warna hijau terumbu karang pun
tampak cerah. Membandingkan dengan koral yang ada di permukaan laut, jelas
peranan sinar matahari menunjang proses fotosintesis koral yang ada sehingga
koral itu bisa bertahan hidup. Bagi koral bawah laut, kehidupannya tanpa
matahari. Ini berarti matahari bukanlah satu-satunya sumber kehidupan bagi
koral.
Di ketinggian 2.000 meter dari
gunung berapi tersebut menempel cerobong-cerobong asap tinggi yang mengeluarkan
panas dari gunung berapi. Cerobong asap ini hanya ada di laut dalam di mana
terdapat aktivitas pegunungan api bawah laut. Cerobong ini tumbuh 1 cm per hari
lalu sebagian mengendap di bawahnya, endapan ini kaya mineral. Kandungan
larutan bersuhu tinggi dari perut bumi itu mengandung mineral, logam, dan gas,
karena dipengaruhi suhu air laut dalam yang mencapai 2-4 derajat celsius.
Cerobong yang disebut himney tersebut terbentuk dari pertemuan hidrotermal
dengan air dingin laut, sehingga tampak seperti cerobong asap yang menyembul
dari tanah. Di tubuh cerobong yang mengeluarkan panas itu pun masih terdapat
terumbu karang yang didiami banyak biota laut dalam ukuran mini. Air laut di
sekitarnya menjadi tidak terlampau dingin atau tidak terlampau panas sehingga
menjadi ekosistem tersendiri dan bisa menjadi habitat bagi biota-biota laut
tertentu.
Sebuah ekosistem sempurna di kedalaman
lebih dari 4.000 meter di bawah laut ditemukan di laut Sangihe, Sulawesi Utara.
Di sana ditemukan gunung api aktif setinggi 3.200 meter di kedalaman 1.900
meter di bawah Laut Sangihe. Di perairan laut Sulawesi Gunung api tersebut
membentuk sebuah kawasan komunitas baru di areal geothermal. Di dalam suhu air
yang sangat tinggi hingga mencapai 200 derajat celsius ternyata berbagai biota
laut hidup.
Berbagai jenis bintang laut, udang,
lobster, ikan, octopus, terumbu karang hidup mengandalkan bakteri-bakteri yang
ada di dalam air, yang diperkirakan sama dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar
tahun lalu. Sama sifat-sifat molekul atau DNA-nya dengan bakteri yang hidup 3,5
miliar tahun lalu. Tampilan biota laut yang hidup dalam kegelapan dasar laut di
kedalaman lebih dari 4.000 meter ini ternyata banyak yang memiliki warna-warna yang
cerah mulai dari hijau, ungu, merah muda, merah, putih, albino, kuning. Tanpa
bantuan matahari untuk melalui proses fotosistesis warna hijau terumbu karang
pun tampak cerah. Mereka tidak berfotosintesis dari panas sinar matahari,
tetapi melalui proses kimosintesis yang mengandalkan panas dari geothermal
gunung berapi.
Pendinginan mendadak itu menimbulkan
endapan yang akhirnya membentuk lapisan cerobong. Air laut di sekitarnya pun
menjadi tidak terlampau dingin atau tidak terlampau panas sehingga menjadi ekosistem
tersendiri dan bisa menjadi habitat bagi biota-biota laut tertentu. Dari
pengambilan gambar dengan kamera video bawah laut dalam, diperoleh gambar biota
berbagai jenis, mulai dari cacing-cacingan, udang, kepiting, dan ikan yang
semua berwarna sangat mencolok.
Dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa perbedaan antara ekosistem dasar laut yang tidak tergantung
sinar matahari pada film blue planet dengan ekosistem dasar laut di perairan
Laut Sulawesi Utara adalah pada jenis ekosistem yang hidup di masing-masing
zona. Pada film blue planet, ekosistem yang tidak tergantung pada sinar
matahari yang terdapat pada kanal adalah brittle stars, ikan rattails, ikan
tripod, dan gurita laut atau dumbo. Sedangkan di bagian cerobong asap ekositem
yang ada adalah kepiting putih, cacing pompeii, udang dengan warna yang tidak
begitu mencolok. Di danau dasar laut terdapat eksistem kerang, cacing tabung
dan cacing cerobong panas. Pada cerobong panas, ekosistem yang hidup di sana
hidup dengan memanfaatkan bakteri yang hidup di tubuh mereka, yang dapat
mengubah sulfida beracun menjadi zat yang sangat menguntungkan bagi koloni
bakteri tersebut. Sedangkan pada danau dasar laut, ekosistem yang ada seperti
kerang, memanfaatkan bakteri yang ada di tubuhnya yang mampu mengubah sulfida
yang berasal dari aktifitas vulkanik yang ada di sekitar mereka dengan
mengeluarkannya langsung ke dasar laut.
Film Blue Planet
Laut Sangihe Talaud, SULUT
Sedangkan pada ekosisitem di dasar laut
Sulawesi utara jenis ekosistem yang ada berwarna sangat mencolok. Berbagai
jenis bintang laut, udang, lobster, ikan, octopus, terumbu karang hidup
mengandalkan bakteri-bakteri yang ada di dalam air, yang diperkirakan sama
dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Sama sifat-sifat molekul atau
DNA-nya dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Tampilan biota laut
yang hidup dalam kegelapan dasar laut di kedalaman lebih dari 4.000 meter ini
ternyata banyak yang memiliki warna-warna yang cerah mulai dari hijau, ungu,
merah muda, merah, putih, albino, kuning. Tanpa bantuan matahari untuk melalui
proses fotosistesis warna hijau terumbu karang pun tampak cerah. Mereka tidak
berfotosintesis dari panas sinar matahari, tetapi melalui proses kimosintesis
yang mengandalkan panas dari geothermal gunung berapi.
Lokasi ekosistem laut dalam (deep sea) di Laut
Sangihe Talaud, Sulawesi Utara dan letak segitiga terumbu karang di Indonesia
PENUTUP
Laut dalam adalah habitat terbesar
di bumi yang tidak begitu diketahui. Beberapa hewan yang aneh hidup di laut
dalam. Setiap kali diadakan penyelaman, akan ditemukan beberapa ikan dengan
spesies baru. Tekanan di dalam laut akan semakin bertambah dan cahaya matahari
akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Pada kedalaman 300 meter, suhu air
turun dengan cepat dan semakin gelap. Banyak hewan menjadi terlihat transparan.
Hewan yang kompleks pun, seperti cumi-cumi menjadi sangat transparan di dalam
laut. Untuk menghindari para predator, seekor hewan perlu untuk melihat dengan
jelas dan sebisa mungkin tidak terlihat. Pada kedalaman ini, terdapat berbagai
jenis hewan lunak yang hidup, seperti Amphiphod yang panjangnya ± 12 cm,
Phronima yang hidup sebagai parasit di hewan-hewan lunak, Comb jelly, Copepod,
Shiphonophores, cumi-cumi, dan ikan Hachet yang memiliki mata yang sensitif
untuk mencari mangsa dengan tubuh pipih dan warnanya keperakan.
Pada kedalaman 500 meter, cahaya
menjadi sangat sedikit bahkan di perairan tropis yang airnya bersih
sekalipun. Untuk bertahan di daerah ini yang dibutuhkan adalah penglihatan yang
sensitif dan tubuh yang tidak terlihat. Kebanyakan predator memiliki mata yang
berbentuk tabung sehingga dapat membedakan mangsanya.
Turun ke kedalaman ribuan meter,
tidak ada sedikitpun sinar matahari yang masuk, suhu air turun sampai dibawah 4
derajat centigrade, tekanan berubah menjadi 100 kali lebih besar diari
permukaan Kehidupan menjadi semakin sepi. Di kedalaman ini terdapat ikan
Fang Tooth yang memiliki gigi sangat besar sehingga tidak bisa untuk menutup
mulutnya, ikan ini termasuk predator yang sangat agresif dan memakan ikan-ikan
yang lebih kecil darinya. Pada kedalaman ini makanan semakin terbatas, predator
harus bisa menyesuaikan diri dengan makanan dalam ukuran apapun.
Pada kedalaman yang tidak tertembus
sinar matahari, kebanyakan hewan-hewan predator tubuhnya berwarna merah. Pada
kedalaman ini, kebanyakan hewan memiliki perangkap cahaya untuk menangkap
mangsanya. Cahaya-cahaya yang terdapat pada hewan-hewan itu berasal dari
bakteri.
DAFTAR
PUSTAKA
Romimihtarto, Kasijan, dan Juwana. 2009. Biologi Laut. Djambatan.
Jakartahttp://underwaterexplore.blogspot.com
http://www.fransiskusyogifishery.blogspot.com
http://sangrisang.wordpress.com/
www.en.wikipedia.org
http://waterforgeo.blogspot.com/